Buscar

banyak dollar di sini

Conditional Sentences

Conditional Sentences



Because conditional sentences are quite complex in both form and meaning, they are a problem for most learners of English. If you have a good understanding of the English tense system and of the modal auxiliaries, you will find it easier to understand and use conditional sentences. (The sentence you just read is a predictive conditional sentence.)

All conditional sentences contain a dependent clause and an independent clause. The dependent clause usually begins with if; it expresses a condition. The independent clause expresses a result of the condition. The if-clause is usually first, but the order of the clauses is usually not important. Thus, these two sentences have basically the same meaning:

If she goes to the store, she will buy ice cream.

She will buy ice cream if she goes to the store.

You have probably noticed that different teachers, textbooks, and Web sites sometimes explain the same thing in different ways. This seems to be especially true of conditional sentences. However, two different explanations can both be correct, especially if the difference is due to the fact that complicated material has been organized in different ways. This is often true of explanations of conditionals that you find in your textbooks..

________________________________________
A. Real conditional sentences can express generalizations and inferences.

1. Generalizations include facts that are always true and never change, and they include present or past habitual activities that are or were usually true.
Real conditionals expressing generalizations usually have the same tense (usually simple present or simple past) in both clauses. However, if the simple present tense is used in the if-clause, will + verb can be used in the main clause without changing the meaning.

Examples of real conditional sentences expressing facts:

If water boils, it turns to steam.
If water boils, it will turn to steam.

Examples of real conditional sentences expressing habitual activities:

If he eats breakfast, he feels better all day.
If he eats breakfast, he will feel better all day.
If he ate breakfast, he felt better all day.

These generalizations can also be expressed by using when or whenever instead of if:

When water boils, it turns to steam.
When he eats breakfast, he feels better all day.
When he ate breakfast, he felt better all day.

2. Inferences are often expressed in real conditional sentences.

Real conditionals expressing inferences usually have parallel verb phrases in both clauses. However, if a modal which explicitly expresses an inference (must or should, for example) is used in the main clause, parallel verb phrases are not used.

Examples of real conditional sentences expressing inferences:

If today is Wednesday, it is George’s birthday.
If I can do it, anyone can do it.
if it is raining, the streets are getting wet.
If he was at school, he saw the accident.
If today is Wednesday, it must be George’s birthday.
If I can do it, anyone must be able to do it.
if it is raining, the streets must be getting wet.
If he was at school, he must have seen the accident.
________________________________________
B. Predictive conditional sentences can express predictions and plans.

1. Predictive conditional sentences usually contain simple present tense in the if-clause and will or be going to in the result clause. However, a weaker modal of prediction (may or should, for example) can be used in the result clause to express less certainty.

2. Examples of predictive conditional sentences:

If the exam is hard, many students are going to fail.
If Mary does well on the final exam, she will get an A in the class.
If George does well on the final exam, he may get an A in the class.
If Fred studies, he should pass the exam.
________________________________________
C. Imaginative conditional sentences are the most difficult for many learners of English because of the unusual relationship between form (the tenses used) and meaning.

In this type of conditional sentence, past tense refers to present or future time; past perfect tense refers to past time. Another problem for many learners of English is that were (not was) is used with singular subjects. Be is the only English verb with two past tense forms, but only one of them (were) is used in imaginative conditional sentences.

Imaginative conditional sentences can express hypothetical or contrary-to-fact events or states.
1. Hypothetical events or states are unlikely but possible in the present or future.
Imaginative conditional sentences expressing hypothetical events or states have a past tense verb in the if-clause and would + verb (or might or could + verb) in the result clause.

Examples of hypothetical conditional sentences (present and/or future time):

If George had enough money, he would buy a new car.
If I won the lottery, I would buy you a present.
If she knew the answer, she would tell us.
(George probably does not have enough money; I probably will not win the lottery; she probably does not know the answer.)

2. Contrary-to-fact events or states are either impossible in the present time or did not happen in the past.

Imaginative conditional sentences expressing present contrary-to-fact events or states have a past verb in the if-clause and would + verb (or might or could + verb) in the result clause. Some examples:

If I were you, I would not do that.
If she studied for exams, she would get better grades.
If it were raining, the streets would be wet.

(I am not you; she doesn’t study for exams; it isn’t raining.)
Imaginative conditional sentences expressing past contrary-to-fact events or states have a past perfect verb in the if-clause and would + have + verb (or might or could + have + verb) in the
result clause. Some examples:

If George had had enough money, he would have bought a new car.
If I had won the lottery, I would have bought you a present.
If she had known the answer, she would have told us.


from http://faculty.deanza.edu/

2. jangan terpengaruh oleh ahli kitab

Firman Allah S.W.T.






Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.
(Q.S. Ali Imran : 100)

Para ahli-tafsire sepakat, bahwa:. Ahli-kitab yang di maksud Allah S.W.T pada firmanNya didalam Al-quran, ialah : orang-orang yang menerima kitab Taurat, Zabur dan Injil. Yaitu, mereka yang menganut agama Yahudi dan Nashrani.
Pada ayat diatas, Allah S.W.T peringatan kepada orang-orang beriman, agar mereka selalu waspada dan menjaga nilai-nilai agamanya bergaul dengan orang-orang yang berasal dari Ahli-kitab tersebut. Karena niat mereka, tidak hanya bergaul, tetapi juga berusaha untuk mengajak kaum muslim untuk mengikuti cara beragama mereka. Lihat firman Allah S.W.T di dalam kitab suci Al-Quran:





Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
(Q.S. Al-Baqarah : 120)


Kebencian mereka terhadap orang-orang muslim terlihat betul, umpanyanya apa yang terjadi di Bosnia saat ini, di mana kaum muslim di bantai, bahkan dibiarkan untuk dimusnahkan disana. Kalau anjing laut, ikan paus ada organisasi yang berusaha melindunginya, sedangkan kaum muslim di Bosnia. Sampai saat ini belom ada organisasi yang melindunginya. Inilah bukti firman Allah S.W.T. dalam surah Al-Baqarah 120 diatas. Hal ini kelihatan betul, dinegri-negri yang banyak kaum muslinin nya, mereka lebih lunak, caranya cukup dengan pendangkalan iman (aqidah) kaum muslim. Upayanya kaum muslim di ajak mengadakan upacara keagamaan mereka, seperti natal bersama, dan karena alasan perasaan kemanusiaan, sering kaum muslim terjerumus dalam dosa ini. Bagi mereka mereka merayakan natal, sama dengan merayakan hari kelahiran Tuhan mereka, sedang bagi kaum muslim mereka tidak boleh mempercayai atau mengucapkan ‘selamat natal’: karena Allah S.W.T telah menyatakan, bahwa Dia tidak pernah dilahirkan dan juga melahirkan, Dia bukan seorang bapak, apa lagi hanya seorang anak!. Lihat firmaNya :






1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
(Q.S. Al-Ikhlash : 1-4)


Menurut ajaran islam, memuliaka tetanggan dan masyarakat termasuk tanda iman, sebagian sabdah Rasulullah S.A.W
Yang artinya:”barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah dia memiliakan tetangganya!”
Menurut hadis diatas memuliakan tetangga, menjaga perasaan mereka adalah wajib, tetapi menurut ajaran islam, memuliakan Allah S.W.T lebih wajib dan mutlak. Maka kita boleh memuliakan tetangga atau masyarakat dilingkungan kita, tetapi kita jangan membuat murka Allah S.W.T. seperti mengucapkan selamat natal kepada tetangga kita yang kebetulan ber agama nashrani, tentu dia senang karena kita ikut berpartisipasi, tetapi dengan ucapan itu, kita telah merendahkan derajat Allah S.W.T. yang menyebutkannya seolah olah dia dilahirkan sebagai jesus pada tanggal 25 desember. Karena bagi umat Kristen , jesus adalah Tuhan (the son of god), sedangkan bagi kita isa adalah seorang di antara nabi-nabi Allah yang pernah di utus (the propet of Allah). Makannya majelis ulama Indonesia menfatwakan : bahwa menghadiri atau mengucapkan ‘selamat natal’ bagi orang islam adalah HARAM !.

Dan inilah salah satu yang di maksud Allah S.W.T. dengan firmannya “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.”pada kandungan ayat 100 surat Ali imron di atas. Maka, bagi kaum muslimin ban muslimat yang betul-betul beriman kepada Allah S.W.T. mereka berkewajiban untuk tetap memelihara norma –norma keagamaan mereka didalam hidup, baik hidup secara pribadi maupun hidup bermasyarakat, apalagi mereka yang hidup ditengan-tengah masyarakat yang majemuk (beraneka ragam penganut agamanya). Di dalam masalah bernegara kita wajib bersama bahu membahu, tetapi dalam social agama, kita berpegangan kepada firman Allah S.W.T :




Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
(Q.S. Al-kafirun : 6)


Inilah perintah Allah S.W.T. untuk kaum mukminin dan mukminat, jangan terperosot dalam kemurkaan Allah S.W.T. apalagi bila kaum muslimin dan muslimat terlibat terlibat perkawinan silang dengan mereka. Sedangkan Allah S.W.T. sendiri menyatakan bahwa seorang budak (hamba-sahaya) sekalipun lebih baik di jadikan istri atau suami, asal memiliki kepercayaan dan aqidah yang sama. Lihat firman Allah di dalam Al-Quran:





Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
(Q.S. Al-Baqarah : 221)


Walaupun ada ulama yang berpendapat bahwa seorang mukmin boleh menikahi ahlikitab (seperti firman Allah dalam surat Al-maidah ayat 5)



Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan[402] diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.

[402] ada yang mengatakan wanita-wanita yang merdeka
(Q.S. Al-maidah ayat : 5)


Namun orang ahli-kitab sudanh termasuk orang yang musrik, yaitu mempercayai bahwa Tuhan terdiri dari tiga oknum (trinitas) maka berlaku lah ayat 221 dari surat Al-Baqarah tersebut diatas. Bagi orang-orang yang beriman, bahwa mereka tidak boleh nikah maupun dinikahi oleh orang-orang beda agama dengan islam.
Bahaya seorang muslim dengan wanita yang non muslim, tidak hanya menimpa pada dirinya sendiri, bahkan sangat berpengaruh dalam pendidikan ‘aqidah putra-putrinya. Apalagi orang mukminat dinikahi oleh laki-laki yang non muslim dia akan mengalami tekanan batin di sepanjang hidupnya, kecuali bila dia meninggalkan dan menanggalkan iman dan keyakinannya, yang akhirnya diapun tidak beda dengan orang yang non muslim tersebut. Inilah yang dikhawatirkan oleh Allah S.W.T pada firmanNya di atas, yaitu surat Al-Baqarah : 208.





Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

1. Masukilah Islam secara kaffah






Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(Q.S Al-Baqarah : 208)

Ayat ini pertama di turunkan di Madinah, ditunjukan pada mereka yang baru masuk Islam, termasuk orang-orang yahudi. Tetapi sebagian mereka menerima Islam hanya untuk memperoleh lindungan dari kaum muslim. Mereka amalkan sebagai sebagai kewajiban Islam, dan sebagai yang lain tidak mereka laksanakan. Oleh karena itulah turunnya ayat tersebut di atas.
Dari kandungan ayat, jelas bahwa khitabnya khusus untuk orang-orang yang telah beriman. Mereka di suruh oleh Allah untuk menerima Islam secara menyeluruh, tidak sebagai yang di terima dan diamalkan, sedangkan sebagian yang lain tidak diterima dan tidak diamalkan. Oleh karena itulah Allah S.W.T. pun ada menyatakan :






“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?”
(Q.S Al-Baqarah : 85)

Sebagai kaum muslim, baik itu yang baru islam,maupaun mereka yang sudah islam sejak dilahirkan, masih memilih amalan amalan yang cocok dengan (hawa nafsu) mereka, sedangkan sebagai perintah (atau larangan ) Allah S.W.T. tidak mereka hiraukan. Kita ambil contoh : sebagai kaum muslim kita, mau mendirikan solat, menunaikan zakat, melakukan sohum (puasa) Ramadhan bahkan pergih haji ke baitullah, namun perintah menutup aurat, tidak mereka lakukan dengan baik, karena pengaruh lingkungan yang belum bapat mereka tinggalkan. Karena itu pulalah Allah S.W.T. peringatkan :





Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.

(Q.S Fathir : 5)


Sifat-sipat ini bias terjadi, karena, tidak semua muslim dan muslimah menerima islam secara menyeluruh. Jadi menerima islam harus seperti orang yang minum obat, enak atau tidak enak, manis atau pun pahit, mesti dia minum kalau mau sembuh. Suka atau tidak suka mesti diterima ! perintan laksanakan, walaupun bertentanga dengan bisikan hati atau keinginan nafsu. Dan larangan_NYA jauhi, walaupun sangat kita senangi dan cocok dengan keinginan hawa nafsu. Hal inilah yang di ungkapkan Allah S.W.T. dalam firman-Nya :





"Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
(Q.S Al-Baqarah ; 285)

Oleh karena itu di perluka ‘jihad’, dan jihad tidak berarti perang di medan juang saja, tetapi melawan hawa nafsu pun itu termasuk jihad yang besar pula dalam sejaran kehidupan manusia.